English School dan Penjelasannya

13195
english school

 

A Summary of English School

Terdapat tiga konsep kunci di dalam English School, yaitu:

  1. Realisme: Sistem Internasional => Kekuatan politik di antara semua negara dan proses anarki internasional sebagai pusat dari Teori Hubungan Internasional. Hal tersebut menunjukkan kecondongannya terhadap teori realisme.
  2. Rasionalisme: Masyarakat Internasional => penjelasan mengenai institusionalisme dimana mereka saling berbagi latar belakang dan ide mereka melalui satu institusi yang mengacu pada hukum internasional atau pun rezim internasional. Hal tersebut menunjukkan kecondongannya ke Rasionalisme.
  3. Cosmopolitanism/Revolusionalisme: Masyarakat Dunia => berfokus pada individu, organisasi non-pemerintah (NGO), dan populasi global sebagai fokus dari identitas dan pengaturan masyarakat dunia, serta menempatkan transenden dari sistem negara di tengah-tengah Teori Hubungan Internasional. Lebih condong ke arah Revolusionalisme, yang dianggap sebagai bentuk dari Kosmopolitanisme.

Pemikiran English School lebih condong untuk menemukan sifat dan fungsi dari Internasional Society serta melacak sejarah dan perkembangan mereka. Ide dasar dari International Society merupakan hanya manusia sebagai individu yang hidup di dalam masyarakat dimana mereka membentuk dan dibentuk, sama seperti negara yang hidup dalam International Societies, dimana mereka membentuk dan dibentuk.

Butuh VPN gratis kualitas premium? Dengan Moove VPN, semua konten di internet bisa diakses tanpa batas!

Ada perdebatan antara Pluralis dan Solidarist mengenai International Society. Pluralist berpendapat bahwa kedaulatan atau prinsip non-intervensi membatasi International Society untuk meminimalisir peraturan dengan adil dari kehidupan yang berdampingan. Solidarist berpendapat bahwa international society dapat mengembangkan norma, aturan, dan institusi perantara, yang mencakup baik isu-isu koeksistensi dan kerjasama untuk mencapai kepentingan bersama termasuk pelaksanaan kolektif.

Sistem internasional, masyarakat internasional, dan masyarakat dunia dilihat sebagai kumpulan konsep analitis yang dirancang untuk mengambil material dan struktur sosial dari sistem internasional (Buzan and Little 2000). Teori English School menyebabkan adanya banyak paham mengenai balance of power yang semata – mata menjadi ide mekanis dari teori neo-realisme.

Kelemahan Utama dalam Teori English School

Barry Buzan mengoreksi English School yang sebelumnya, sebagai berikut:

  1. Level: English School terlalu berfokus pada level internasional atau global dan mengesampingkan level analisis subglobal/regional/nasional, dan gagal mengakui keberadaan organisasi internasional (IOs).
  2. Metodologi: English School dianggap tidak memiliki konsep typology dalam masyarakat internasional atau masyarakat dunia dimana English School tidak memiliki pandangan yang jelas terhadap konflik antar-individu atau kepentingan – kepentingan individu serta kepentingan negara. English School tidak memiliki konsep typology karena pandangan dari para pemikir English School terbatas pada urusan tunggal, global, dan masyarakat modern internasional. English School tidak memilih untuk memfokuskan perhatian kepada level regional dan gagal untuk mempertimbangkan perkembangan perekonomian. English School berfokus pada sesuatu yang bisa saja menjadi suatu eksplanasi. Hal ini jelas dimana formulasi English School secara eksplisit memiliki hak istimewa sistem negara, masyarakat internasional dalam dasar historis dan pragmatis sebagai landasan yang menjadi bentuk dominan dalam sektor politik. Hal tersebut memproduksi suatu tekanan pada ‘high politics’ dari collective security, diplomasi dan HAM, yang mengamankan kebanyakan penulis English School klasik yang cukup dekat dengan realisme.
  3. Boundaries: Bagan teori dari English School menghasilkan tiga pokok pemisahan batasan (boundaries) kepada tiga konsep kunci. Secara kontras, batasan di antara konsepsi solidarist dari masyarakat internasional dan sisi evolusioner dari masyarakat dunia merupakan dua hal yang belum jelas dan masih kontroversi. Bukan merupakan sesuatu yang jelas dimana solidarist masyarakat internasional berakhir, dan masyarakat dunia dimulai.
  4. Normative Conflicts: Ada dua hal normative conflicts yang berkaitan di dalam English School. Satu di antara advokat-nya pluralist dan konsepsi solidarist dari masyarakat internasional, dan yang lainnya antara hak-hak negara atau masyarakat internasional dan hak individual atau masyarakat dunia. Perhatian kepada kebebasan negara atau otonomi negara menghasilkan suatu kepercayaan, yaitu kedaulatan negara dimana tidak ada tempat untuk intervensi di dalam masalah domestik negara bahkan pada saat keadaan darurat. Keadaan darurat tersebut seperti menolak intervensi kemanusiaan (dukungan terhadap kedaulatan). Banyak sumber kunci dari pemikiran solidarist, seperti misalnya: hukum alam, kemanusiaan serta kosmopolitan berakar secara mendalam di dalam masyarakat dunia.
  5. Sektor – sektor: Ada beberapa persamaan di antara permasalahan English School dengan masalah yang ada dalam level analisis, dimana keduanya melibatkan elemen yang hilang, yakni elemen yang memainkan peran penting dalam masyarakat internasional dan masyarakat dunia yang benar-benar ada. Elemen yang hilang adalah elemen subglobal atau ekonomi di bawah sektor, yaitu ekonomi. Pemikir English School telah mengakui adanya sektor ekonomi. Sektor ekonomi diakui sebagai bagian utama dalam masyarakat internasional kontemporer.

Apakah English School Dapat Dikatakan Sebagai Teori?

Hal tersebut tergantung pada bagaimana teori itu sendiri didefinisikan. Menurut tradisi klasik (Eropa), teori diartikan sebagai apapun yang mengatur sebuah landasan secara sistematis, menyusun pertanyaan-pertanyaan, dan menyusun kumpulan dari konsep dan kategori yang saling berkaitan dengan tepat.

Di sisi lain, tradisi Saintifik (Amerika) berpendapat bahwa teori itu menjelaskan dan bisa memprediksi sesuatu yang kemungkinan terjadi di masa yang akan datang. Jika melihat pada kedua definisi tersebut, English School dapat dikatakan sebagai teori menurut pandangan Tradisi Klasik (Eropa), tetapi jika melihat pada definisi Amerika, English School tidak bisa dikatakan sebagai teori karena tidak bisa memprediksi sesuatu.

English School juga mempunyai dua tuntutan lain dalam kedudukan teoretis:

  1. Pentingnya kesadaran diri dalam pelaksanaan pendekatan metodologis pluralist untuk pembelajaran hubungan internasional.
  2.  Menyangkut pernyataan yang tersirat, namun tampaknya adanya ketidaksadaran diri, yang dalam artiannya berpindah ke domain kedua dari tatanan masyarakat. Dan dengan adanya perpindahan ini, pemikiran English School melebihi batasan konvensional antara sosiologi dan teori politik.

Konsep utama mengenai masyarakat internasional telah memindahkan ide kemasyarakatan itu dari negara, dan jauh dari individu sebagai anggotanya. Masyarakat internasional tidak berdasar atas ide sederhana dari domestic analogy yang hanya meningkatkan masyarakat di dalam negara sampai ke tingkat global.

Masyarakat Dunia dalam Teori English School

Masyarakat Dunia merupakan bagian dari kerangka English School yang paling bermasalah. Jika teori English School ini bekerja sebagai roda dari metodologi pendekatan pluralist dalam hubungan internasional, berarti setiap tiga pilar harus mempunyai kejelasan yang sama serta pemahaman yang sama sebagaimana yang lainnya.

Yang lebih memperburuk lagi adalah konsep masyarakat dunia ini kekurangan penyangga sistem dunia, yaitu sistem internasional dan masyarakat internasional menyusun peraturan yang jelas, yang membedakan sistem fisik dari interaksi sosial yang dibangun.

Dalam artikel ini juga disebutkan bahwa transnasionalisme berhubungan dengan masyarakat dunia sebagai perlakuan sistem internasional untuk masyarakat internasional, tetapi hal tersebut tidak pernah berhasil dan tidak pernah terlihat masuk akal. Hedley Bull memberikan sebuah ide yang disebut world political system untuk memainkan peran sebagai penyangga fisik untuk masyarakat dunia. Hal ini dapat melihat interaksi antara negara dan non-negara.

Masalah lainnya adalah adanya ketidaksepakatan mengenai hubungan di antara masyarakat dunia dan masyarakat internasional. Menurut Butterfield, Watson, dan Wight, masyarakat dunia dalam hal nilai-nilai bersama sebagai suatu syarat untuk masyarakat internasional.

Sejarah Intelektual Masyarakat Dunia dalam Pemikiran English School

Wight menyatakan bahwa sebuah sistem negara tidak akan ada tanpa sebuah tingkat dari kesatuan budaya di antara anggota-anggotanya. Walaupun pernyataan Wight ini tidak menyinggung mengenai masyarakat dunia, tetapi hal ini membangun dengan jelas mengenai proposisi dimana cultural unity merupakan sesuatu yang berbeda dari masyarakat internasional.

Hal tersebut menyimpulkan bahwa masyarakat dunia didefinisikan sebagai budaya yang umum, mungkin dalam level individu dan tentu saja dalam level elit, serta perkembangan dari masyarakat internasional yang mengharuskan adanya masyarakat dunia sebagai suatu prasyarat. Inilah yang menjadi kekhawatiran Hedley Bull karena masyarakat dunia akan mengurangi kedaulatan dari masyarakat internasional.

Wight berpendapat bahwa Rasionalis menekankan dan berkonsentrasi pada elemen international intercourse. Yang dimaksud international intercourse disini adalah diplomasi, hukum, dan perdagangan. Rasionalis mempunyai pandangan yang bercampur mengenai sifat manusia, dengan alasan sebagai kunci untuk berhadapan dengan berbagai kontradiksi. Pada akhirnya mereka melihat bahwa negara dan individu sebagai subjek dalam hukum internasional.

Di artikel ini juga Hedley Bull menjelaskan perbedaan di antara masyarakat dunia dan ‘world political system’ yang belakangan ini menunjukkan sebuah physical interaction. Hedley Bull membuat pusat untuk keseluruhan analisisnya mengenai perbedaan di antara aspek fisik dari sistem dan sosial serta elemen normatif yang mengangkat sebuah social order.

Yang dimaksud ‘world political system’ disini termasuk perusahaan-perusahaan, negara, dan organisasi-organisasi antar-pemerintah (IGOs), yang bergabung bersama dalam menyamarkan perbedaan sistem internasional dan sistem dunia. Kemudian mendekati apa yang orang-orang Amerika katakan mengenai paradigma politik dunia, yang sekarang lebih berjalan di bawah globalisasi.

Berbeda lagi dengan apa yang dilakukan Watson. Watson cenderung menggunakan pemikiran Hedley Bull  mengenai sistem internasional dan masyarakat internasional untuk pembelajaran sejarah dunia.

Signifikansi Watson disini dia menyetujui pandangan Wight dimana masyarakat internasional berasal dari ‘inside a dominant culture’. Watson suka menambahkan kemungkinan yang dapat meregulasi, cross-cultural, masyarakat internasional Gesselschaft dapat diperluas dari inti-inti Gemeinschaft.

Dengan mengambil ide-ide dari Wight, Watson tidak hanya membuat hidup masyarakat internasional tetapi juga memperkuat ide-ide budaya bersama, dalam efek peradaban, merupakan elemen kunci dalam masyarakat dunia.

Selanjutnya adalah Vincent. Perhatian Vincent terhadap hak asasi manusia terfokus pada ketegangan antara level individu dan level negara. Oleh karena hal itu, kemudian menempatkan dia dalam zona batasan di antara masyarakat internasional dan masyarakat dunia. Pemikiran Vincent terfokus pada diskusi hak asasi manusia, yang dilihat sebagai (a) tantangan kepada pluralist mengenai masyarakat internasional dan (b) sebagai perwakilan dasar cosmopolitanism kepada masyarakat dunia.

Menurut Vincent masyarakat dunia adalah individu dan aktor tertentu serta institusi dalam perpolitikan dunia yang keprihatinannya telah dianggap secara konvensional jatuh di luar domain diplomasi dan hubungan internasional. Vincent menggunakan istilah masyarakat dunia untuk menjelaskan kerangka moralitas yang mencakup kelompok-kelompok yang menyatakan dalam hal ini tidak terakomodasi oleh society of states. Vincent tidak melihat masyarakat internasional dan masyarakat dunia sebagai konstruk analisis yang terpisah. Vincent lebih memahami kedua hal tersebut sebagai dua kekuatan sejarah yang perlu mencari rekonsiliasi dari kontradiksi yang ada.

Dapat kita ringkas sejarah intelektual masyarakat dunia dalam English School klasik, sebagai berikut.

  • Konsep masyarakat dunia pada umumnya mempunyai posisi marjinal dalam suatu literatur.
  • Meskipun konsep ini dimarjinalisasi, masyarakat dunia menempati posisi sentral dalam pemikiran English School.
  • Namun tetap ada sebuah divisi dari posisi politik dalam masyarakat dunia. Wight dan Watson kurang-lebih membela kebutuhan masyarakat internasional terhadap ketentuan dari order dunia. Vincent mencari jalan untuk mengurangi konsekuensi buruk atas hak asasi manusia dari prinsip kedaulatan atau non-intervensi dari masyarakat internasional.
  • Ada sebuah kesepakatan yang menyatakan bahwa masyarakat internasional dan masyarakat dunia, setidaknya untuk sekarang, bertumpu pada perbedaan ontological di antara level negara di satu sisi, dan matriks yang sedikit rumit mengenai individu-individu serta kelompok-kelompok non-negara dan TNAs, di lain sisi. Vincent (dan Dunne) ingin menghancurkan perbedaan ini, tetapi Vincent, seperti Bull dan Wight, mulai menerima kenyataannya. Yang kedua: masyarakat dunia yang sebagian dilihat dalam istilah budaya bersama (Gemeinschaft), dan sebagian lagi dilihat dalam istilah lebih rasional, menyetujui struktur sosial (Gesellschaft).

Perdebatan Pluralist – Solidarist

Pluralist-solidarist memperdebatkan sifat dan potensi yang dimiliki masyarakat internasional, terutama mengenai jangkauan yang sesungguhnya dan berpotensi mengenai norma-norma bersama, aturan-aturan, dan institusi-institusi di dalam sistem negara. Isu utama dalam perdebatan ini mengenai hak asasi manusia, dan terkait erat dengan intervensi kemanusiaan dan tanggung jawab Barat terhadap dunia ketiga. Fokus mengenai hak asasi manusia oleh pluralist dan solidarist telah memelihara keseluruhan diskusi teori dalam kajian yang lebih dalam daripada yang diperbolehkan oleh logika umum dari topik.

Pluralisme menjelaskan mengenai pemeliharaan dan/atau pengelolaan dari perbedaan dan kenyataan budaya dan politik yang merupakan warisan dari sejarah manusia. Pluralis menekankan peran instrumental dari masyarakat internasional sebagai suatu penyangga fungsional kepada ancaman dari gangguan yang berlebihan, atau gangguan tersebut datang dari ketidakhadiran negara, atau dari perbuatan yang berlebihan dari konflik antar-negara, atau dikendarai oleh perhatian yang sederhana mengenai kelangsungan hidup, atau oleh visi ideologis dari musuh universalist.

Posisi solidarist digerakkan secara normatif (apa yang seharusnya negara lakukan dan norma apa yang seharusnya menjadi bagian dari masyarakat internasional) dan secara empiris (apa yang negara lakukan dan norma-norma apa yang menjadi bagian dari masyarakat internasional). Oleh karena posisi pluralist sepenuhnya berdasarkan negara, karena itulah sifatnya relatif langsung dan koheren. Sedangkan posisi solidarist lebih bermasalah, karena mengaitkan negara dan aktor non negara bersamaan dan digambarkan pada gagasan kosmopolitan mengenai hak individu dan sebuah komunitas dari umat manusia, tidak akan menolong tetapi menyamarkan batasan antara masyarakat internasional dan masyarakat dunia.

Analisa Review

Menurut Barry Buzan, masyarakat internasional merupakan sekelompok masyarakat yang melembagakan ide-ide bersama yang kemudian berujung pada rezim internasional. Rezim internasional yang dimaksud seperti misalnya undang-undang dan hukum internasional. Masyarakat internasional dianggap dapat menciptakan perdamaian dunia jika para anggotanya mematuhi hukum atau norma yang disepakati bersama yang menjadi kontrol untuk bersikap menahan diri. Namun, pernyataan ini dikritik terlalu west – oriented. Dan masyarakat internasional berjalan dalam suasana balance of power.

Masyarakat internasional dibutuhkan karena norma dan nilai saja tidak cukup untuk membentuk sebuah tatanan. Berbeda ketika pemerintah yang membentuk sebuah tatanan dan masyarakat hanya tinggal mematuhinya. English School klasik menurut Hedley Bull bahwa sistem internasional itu dihasilkan oleh perang, sehingga anarkisme di dalam sebuah negara itu selalu ada.[1]

Jika masyarakat internasional mampu menciptakan perdamaian dunia karena mematuhi hukum internasional beserta undang-undangnya, dan di sisi lain sistem internasional dapat menghasilkan perang, maka masyarakat internasional akan selalu terlibat dalam perang selama sistem internasionalnya anarkis. Dan kemudian dapat menghasilkan perang meskipun masyarakat internasional mematuhi hukum internasional beserta undang-undangnya. Selama sistem internasional yang anarkis berlangsung, maka perdamaian dunia sulit tercipta. Namun, dengan adanya prinsip balance of power, menurut saya mau tidak mau masyarakat internasional saling memperkuat kekuatan negaranya agar terjadi kekuatan yang seimbang dalam sistem internasional, yang kemudian dapat menyebabkan perang untuk penciptaan perdamaian.

Terlepas dari keanarkisan sistem internasional dan juga masyarakat internasional dalam English School, muncul nama lain untuk English School yaitu Masyarakat Dunia. Selain itu, muncul pula nama “Rasionalisme” karena pemikiran tersebut berusaha menjadi penengah antara teori Realisme dan Liberalisme.[2] Dalam usaha menengahinya, yang saya temukan, yaitu dengan cara menjembataninya menurut akal manusia sendiri yakni tidak memihak pada salah satu teori di antara keduanya. Posisi yang paling tepat dalam usaha menjembataninya merupakan mengambil posisi yang berada di antara keduanya sebagai jembatan untuk memperbanyak dan mempertimbangkan kelebihan maupun kekurangan masing-masing teori.

Para penstudi English School/Rasionalisme menyimpulkan bahwa elemen-elemen yang dibawa oleh kaum realis maupun liberal akan selalu hadir di kehidupan masyarakat internasional tanpa terelakkan. Contohnya, para penstudi English School mengakui bahwa power memanglah sesuatu yang sangat penting dalam hubungan internasional dan merupakan teori bawaan kaum Realis. Namun mereka juga sepaham dengan kaum liberal dengan mengakui individu dan bahwa individu juga merupakan bagian dari sebuah negara. Ada konflik dan ada kerjasama; ada negara-negara dan ada individu (Jackson & Sorensen, 2009 :74). Karena itu, elemen-elemen di antara keduanya tidak akan bisa digabungkan ke dalam suatu teoritis tunggal.[3]

Selain itu, English School juga mempunyai proposisi yang menyatakan pentingnya order dalam HI. Menurut Bull masyarakat internasional sangat berhubungan dengan ide international order atau aturan internasional, yang bermaksud sebuah kesepakatan dari kehidupan sosial yang mempunyai tujuan atau nilai tertentu[4]. Definisi menurut Bull ini memiliki persamaan dengan definisi Wight, yaitu sebuah sistem hubungan yang mempunayi tujuan tertentu bersama – sama[5]. Hukum internasional memang penting dalam hubungan internasional demi menjamin keamanan negara, karena negara akan mematuhi hukum internasional yang berlaku. Keberadaan aturan atau norma atau hukum yang mengatur hubungan dan interaksi antar-negara maka sistem internasional akan aman dari kekerasan yang akan berujung pada perang atau pelanggaran hukum internasional sekalipun sistem internasional itu sifatnya anarki. Namun jika dipakai demi penciptaan perdamaian, negara sebetulnya tidak harus melakukan perang atau dengan kata lain tidak harus mengikuti alur anarkisme sistem internasional jika semuanya mampu menahan diri dengan cara mengikuti hukum internasional tersebut.

Pada akhirnya saya berpendapat bahwa teori English School merupakan teori yang berupaya untuk menjembatani dua pemikiran besar, yakni Realisme dan Idealisme. Pengajuan konsep Rasionalisme dalam suatu tatanan masyarakat internasional merupakan bentuk perantara atau jembatan antara Realisme dan Idealisme. Para pemikir di dalam English School berusaha memahami bagaimana negara-negara dengan beragam nilai dan pandangan mampu mencapai kesepakatan dalam prinsip ketertiban dunia dan keadilan menurut hukum internasional.

 

Daftar Pustaka

Burchill, Scott.,dkk. 2005. Theories of International Relations. Edisi Ketiga. New York: Palgrave MacMillan. Chapter 4.

Griffith, Martin. 2007. International Relations Theory for 21st Century. New York: Routledge. Chapter 7.

Bull, Hedley. 1977. The Anarchical Society: A Study of Order in World Politics. London: Macmillan.

Buzan, Barry. 2004. “English School Theory and Its Problems: An Overview”. From International to World Society? English School Theory and The Social Structure of Globalisation. Cambridge University Press.

Jackson, Robert dan Georg Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional. (diterjemahkan oleh: Dadan Suryadipura). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Buzan, Barry. 1993. “From International System to International Society: Structural Realism and Regime Theory Meet the English School”, International Organization, Vol47. No. 3, halaman 332, diakses pada tanggal 24 November 2012, .

Bull, Hedley (1977),  The Anarchical Society: A Study of Order in World Politics, London: Macmillan, , diakses tanggal 20 November 2012.

 

 


[1] Hedley Bull (1977),  The Anarchical Society: A Study of Order in World Politics, London: Macmillan, , diakses tanggal 20 November 2012.

[2] Robert Jackson dan Georg Sorensen (2005), Pengantar Studi Hubungan Internasional (diterjemahkan oleh: Dadan Suryadipura), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, , diakses tanggal 20 November 2012.

[3] Ibid

[4] Buzan, Barry 1993, “From International System to International Society: Structural Realism and Regime Theory Meet the English School,” International Organization, Vol47, No. 3, halaman 332, diakses pada tanggal 24 November 2012,

<http://bit.ly/10txN4U>

[5] Ibid

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.